MENGOMPOL adalah hal yang biasa dialami anak semenjak bayi. Setiap saat Anda pasti disibukkan oleh acara mengganti popok atau celana. Di sini saya abaikan dulu ‘pampers’, karena tidak setiap ibu mampu untuk membelinya terus-menerus dan hanya bisa dipakai sampai batasan usia tertentu. Tidak jarang tengah malam Anda harus terbangun untuk mengecek apakah anak ngompol atau tidak. Bahkan, terkadang Anda terbangun setelah sekujur tubuh Anda basah terkena ompol anak.
1. Mengompol di Usia Sekolah
Untuk anak di bawah usia prasekolah, kebiasaan mengompol masih bisa ditoleransi. Namun, bagaimana untuk anak usia di atasnya?
Saya mempunyai pengalaman khusus menghadapi kebiasaan mengompol anak saya. Di saat teman-teman seusianya sudah tidak mengompol, anak saya masih rajin mengompol. Memang, ini karena dampak perlakuan yang berbeda dari anak lain. Saya dilarang keras oleh suami untuk natur (Jawa), mengajak anak kencing, baik saat dia terjaga maupun tidur.
Secara kebetulan, suami saya adalah praktisi medis yang menganut teori bahwa kebiasaan mengejan yang ditimbulkan secara periodik (saat natur) sedikit banyak dapat mengganggu organ-organ kewanitaan si anak kelak kalau tumbuh dewasa. Dan, secara pribadi, saya tidak tega membangunkan anak untuk natur, hanya supaya tidak repot mengurus ompolnya. Saat tidur, sebenarnya anak-anak tidak boleh diganggu karena pertumbuhan optimal organ-organ tubuh adalah pada waktu tidur. Konsekuensinya, tiap malam saya selalu terjaga mengganti celana anak sampai berkali-kali. Seluruh permukaan tempat tidur saya beri alas agar air seninya tidak tembus kasur. Pernah suatu malam saya harus bangun sampai sembilan kali. Tetapi, saya harus menikmatinya karena demi kebaikan anak. Dan itulah salah satu tugas seorang ibu.
Sebagai catatan, tindakan menatur belum tentu menghilangkan kebiasaan mengompol pada anak. Buktinya, banyak anak-anak yang masih mengompol di usia SD, bahkan ada pula yang sudah SMA, walau masa kecilnya rajin ditatur. Dan ini merupakan tugas orang tua yang membutuhkan penanganan yang serius. Jika Anda sudah merasa kerepotan dan pusing tujuh keliling, konsultasikan saja pada ahlinya. Bila Anda biarkan, bisa-bisa anak Anda menjadi bahan ledekan teman-temannya dan menjadi tidak pede.
2. Memberi Sinyal
Jika anak masih rajin mengompol, kita dapat memberikan sinyal-sinyal padanya. Bagaimana caranya? Anda dapat memberikan berbagai peringatan atau kalimat-kalimat hipnotis. Jika kalimat-kalimat ini diberikan secara terus-menerus, anak akan memegangnya, selanjutnya menjalankannya.
Pada usia empat tahun, saya mulai memberi sinyal pada anak, “Besok kalau TK sudah tidak ngompol lagi ya, Dik!” Kalimat ini selalu saya ucapkan saat dia ngompol, sambil saya cium atau peluk dia. Sungguh, saya tak pernah memarahinya karena hal itu masih saya anggap wajar, dan dia sangat butuh bantuan untuk menghilangkan kebiasaan itu.
Ketika anak saya duduk di TK A, terkadang dia masih mengompol, tetapi sudah tidak sesering sebelumnya. Selanjutnya saya ubah kalimat saya, “Besok di TK B sudah tidak ngompol kok, ya!” Ternyata kata-kata saya terbukti nyata. Mulai TK B dia sudah berhenti mengompol.
3. Menanamkan Kebiasaan ke Toilet
Menghentikan kebiasaan mengompol dapat juga diatasi dengan membiasakan si kecil untuk rutin ke toilet. Tentu saja tanpa paksaan untuk mengejan, tapi kita tanyakan dulu apakah dia kebelet pipis atau tidak. Sejak anak-anak masih kecil, setiap Anda ke kamar mandi, katakan bahwa Anda hendak buang air. Tak apalah pakai istilah anak-anak, “Bunda ke kamar mandi ya, mau pipis dulu …!” Dalam benak anak akan terpatri bahwa pipis itu di kamar mandi. Paling tidak hal ini mengurangi kerepotan kita saat dia tidak tidur.
4. Menghafalkan Isyarat Anak
Biasanya tiap anak memiliki tanda-tanda tertentu ketika merasa kebelet pipis. Ada yang memegang perut, ada yang berdiri mendekat lemari, ada yang menempel bundanya terus, dan ada pula yang langsung turun dari tempat tidur lalu terdiam. Kenalilah kebiasaan atau isyarat yang diberikan anak Anda. Akan terasa enak jika kita dapat memahami betul isyarat si kecil. Tinggal kita ajak dia ke kamar mandi, tanpa paksaan untuk mengejan.
Bila si buah hati belum pernah memberikan isyarat, Anda pun dapat menciptakan isyarat untuk dia. Tentu saja isyarat itu harus mudah dilakukan si anak.
5. Menghadapi Anak yang Susah Diatur
Bila anak sebenarnya tahu kalau dia akan pipis tapi sengaja tidak beranjak dari tempatnya, kita patut memberikan perhatian ekstra. Malahan ada yang sengaja memain-mainkan air seninya. Biasakan segera ajak dia ke kamar mandi ketika sudah mengompol, jangan tunda-tunda. Lalu berikan nasihat secara halus tapi rasional. Misalnya, “Kalau sudah kebelet pipis…, panggil Bunda ya!” Atau, “Kalau pipisnya untuk main-main, nanti tangan Adik kotor, bau, Bunda juga kesulitan membersihkannya. Kamu juga bisa terpeleset lho!”
Singkat kata, sabarlah selalu dalam mendampingi buah hati Anda, termasuk dalam membantu menghilangkan kebiasaan mengompolnya. Usaha Anda yang tak kenal lelah dan penuh cinta, pasti akan membuahkan hasil yang indah.
sumber : http://www.buahaticerdas.com