Meskipun masih berusia prasekolah (3-6 tahun), anak sudah memiliki kemampuan untuk menolong diri sendiri seperti makan, minum, mengenakan baju, sepatu, dan kaus kaki sendiri. Sayangnya, banyak orangtua dengan beberapa alasan mengabaikan hal ini. "Kapan gemuknya kalau anak makan sendiri? Makannya sedikit, lama, berantakan lagi!"
Padahal, jika ingin mencetak anak unggul, orangtua seharusnya memberikan kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk menolong dirinya sendiri. Pasti ada banyak aspek perkembangan yang dapat terasah dengan mengajari anak menolong diri sendiri. Saat mengajari anak makan sendiri, bukan hanya agar ia terampil makan sendiri, tetapi juga melatih motorik halusnya. Begitupun kemampuan berbahasanya, ikut tertempa.
Dengan banyak kemampuan yang dimiliki, kompetensi anak pun terdongkrak karena ia merasa bisa melakukan ini dan itu sendiri, sehingga kepercayaan dirinya meningkat. Karena itu, agar anak tumbuh menjadi sosok unggul, ia wajib diajarkan kemampuan menolong diri sendiri. Sebaliknya, bila ia kelewat dilayani dan dimanjakan, kemandiriannya bisa terhambat. Anak akan menjadi sangat bergantung pada orangtua, pengasuh, dan orang dewasa yang biasa ia jmintai bantuan. Ia tidak akan mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya sendiri.
Berikut ini beberapa hal yang penting dikuasai anak berkaitan dengan rutinitas sehari-harinya, dan cara menstimulasinya:
Padahal, jika ingin mencetak anak unggul, orangtua seharusnya memberikan kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk menolong dirinya sendiri. Pasti ada banyak aspek perkembangan yang dapat terasah dengan mengajari anak menolong diri sendiri. Saat mengajari anak makan sendiri, bukan hanya agar ia terampil makan sendiri, tetapi juga melatih motorik halusnya. Begitupun kemampuan berbahasanya, ikut tertempa.
Dengan banyak kemampuan yang dimiliki, kompetensi anak pun terdongkrak karena ia merasa bisa melakukan ini dan itu sendiri, sehingga kepercayaan dirinya meningkat. Karena itu, agar anak tumbuh menjadi sosok unggul, ia wajib diajarkan kemampuan menolong diri sendiri. Sebaliknya, bila ia kelewat dilayani dan dimanjakan, kemandiriannya bisa terhambat. Anak akan menjadi sangat bergantung pada orangtua, pengasuh, dan orang dewasa yang biasa ia jmintai bantuan. Ia tidak akan mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya sendiri.
Berikut ini beberapa hal yang penting dikuasai anak berkaitan dengan rutinitas sehari-harinya, dan cara menstimulasinya:
1. Menalikan sepatu
Perkenalkan dengan sepatu tanpa tali terlebih dahulu berikut kaus kakinya. Contohnya cara mengenakan dan melepaskannya. Setelah itu, minta anak melakukannya sendiri. Kita dapat mengatakan, "Coba pakai sepatunya sendiri." Setelah itu, "Lihat Ibu... satu, dua, tiga. Masuk kakinya ke sepatu." Ingat, jika anak telah mampu melakukannya sendiri, berikan dia reward berupa pelukan, ciuman, dan pujian.
Perkenalkan dengan sepatu tanpa tali terlebih dahulu berikut kaus kakinya. Contohnya cara mengenakan dan melepaskannya. Setelah itu, minta anak melakukannya sendiri. Kita dapat mengatakan, "Coba pakai sepatunya sendiri." Setelah itu, "Lihat Ibu... satu, dua, tiga. Masuk kakinya ke sepatu." Ingat, jika anak telah mampu melakukannya sendiri, berikan dia reward berupa pelukan, ciuman, dan pujian.
2. BAK/BAB
Pertama yang diajarkan adalah berbicara saat hendak BAB/BAK. Memang agak sulit untuk menyampaikan hal tersebut, sebab kita tidak bisa mengonkretkannya pada anak. Namun, itu dapat disiasati lewat pembiasaan. Misalnya, setiap kali anak buang air kecil atau mengompol, yang umumnya diketahui dari gelagatnya seperti saat tidur anak gelisah, penisnya terlihat membesar, atau saat terjaga anak serta-merta menggerakkan badannya sebentar tanpa rencana. Saat itu, kita dapat membawa anak ke toilet untuk pipis. Lalu secara bertahap, ajari anak BAK/BAB sendiri, mulai membuka atau memelorotkan celana hingga duduk di kloset. Bila lubang kloset terlalu besar, beri tambahan dudukan kloset yang banyak dijual di pasaran.
Pertama yang diajarkan adalah berbicara saat hendak BAB/BAK. Memang agak sulit untuk menyampaikan hal tersebut, sebab kita tidak bisa mengonkretkannya pada anak. Namun, itu dapat disiasati lewat pembiasaan. Misalnya, setiap kali anak buang air kecil atau mengompol, yang umumnya diketahui dari gelagatnya seperti saat tidur anak gelisah, penisnya terlihat membesar, atau saat terjaga anak serta-merta menggerakkan badannya sebentar tanpa rencana. Saat itu, kita dapat membawa anak ke toilet untuk pipis. Lalu secara bertahap, ajari anak BAK/BAB sendiri, mulai membuka atau memelorotkan celana hingga duduk di kloset. Bila lubang kloset terlalu besar, beri tambahan dudukan kloset yang banyak dijual di pasaran.
3. Mengenakan baju dan celana
Pilih yang simpel seperti tanpa kancing atau resleting. Cara mengajarkannya sama dengan mengenakan sepatu. Ajak anak berkomunikasi dan berikan contoh, lalu berikan kesempatan padanya untuk mencoba melakukannya sendiri. Lakukan setiap kali anak selesai mandi, juga setiap dirinya ganti baju. Jika sudah berhasil, tingkatkan dengan baju dan celana atau rok berkancing.
Pilih yang simpel seperti tanpa kancing atau resleting. Cara mengajarkannya sama dengan mengenakan sepatu. Ajak anak berkomunikasi dan berikan contoh, lalu berikan kesempatan padanya untuk mencoba melakukannya sendiri. Lakukan setiap kali anak selesai mandi, juga setiap dirinya ganti baju. Jika sudah berhasil, tingkatkan dengan baju dan celana atau rok berkancing.
4. Membereskan mainan sendiri
Minta anak membereskan sendiri mainannya ke tempat yang telah ditentukan. Dalam kesempatan ini kita juga dapat mengajarkan memilah mainan yang akan dimainkan. Jadi, anak hanya mengeluarkan mainan tertentu saja yang akan dimainkan. Ingat, kebiasaan jelek anak usia ini adalah mengeluarkan semua mainan dari wadah, padahal cuma satu atau tiga mainan saja yang dimainkan. Dengan pembiasaan seperti itu, anak akan lebih mudah membereskan mainannya.
Minta anak membereskan sendiri mainannya ke tempat yang telah ditentukan. Dalam kesempatan ini kita juga dapat mengajarkan memilah mainan yang akan dimainkan. Jadi, anak hanya mengeluarkan mainan tertentu saja yang akan dimainkan. Ingat, kebiasaan jelek anak usia ini adalah mengeluarkan semua mainan dari wadah, padahal cuma satu atau tiga mainan saja yang dimainkan. Dengan pembiasaan seperti itu, anak akan lebih mudah membereskan mainannya.
5. Makan dan minum sendiri
Seiring dengan kemampuan motorik halusnya yang semakin baik, anak usia ini dapat makan sendiri tanpa banyak tumpah. Anak juga dapat memotong-motong sendiri makanan menjadi lebih kecil agar mudah dimakan. Kita hanya perlu mendampingi dan mengarahkan agar kemampuan anak semakin berkembang. Biarkan anak menikmati makanannya tanpa diburu-buru. Sebelum makan, minta anak mencuci dan mengeringkan tangannya sendiri, duduk dengan rapi, dan berdoa sendiri. Kemudian ajari anak etika saat makan seperti tidak mengeluarkan suara saat mengunyah, dan lain-lain. Demikian juga seusai makan, minta anak berdoa, merapikan kursi, dan perlengkapan makannya sendiri.
Seiring dengan kemampuan motorik halusnya yang semakin baik, anak usia ini dapat makan sendiri tanpa banyak tumpah. Anak juga dapat memotong-motong sendiri makanan menjadi lebih kecil agar mudah dimakan. Kita hanya perlu mendampingi dan mengarahkan agar kemampuan anak semakin berkembang. Biarkan anak menikmati makanannya tanpa diburu-buru. Sebelum makan, minta anak mencuci dan mengeringkan tangannya sendiri, duduk dengan rapi, dan berdoa sendiri. Kemudian ajari anak etika saat makan seperti tidak mengeluarkan suara saat mengunyah, dan lain-lain. Demikian juga seusai makan, minta anak berdoa, merapikan kursi, dan perlengkapan makannya sendiri.
6. Berkomunikasi
Maksudnya, berani menyapa orang lain, secara asertif menyampaikan gagasan, mengekspresikan emosinya, menawarkan bantuan, dan meminta tolong. Misal, ketika sedang berada di restoran, kita bisa meminta anak untuk mengambilkan menu dan memintanya membayarkan tagihan pada pelayan restoran. Tugas sederhana ini selain melatih keberanian, juga memberinya pengalaman berinteraksi dengan orang lain.
Maksudnya, berani menyapa orang lain, secara asertif menyampaikan gagasan, mengekspresikan emosinya, menawarkan bantuan, dan meminta tolong. Misal, ketika sedang berada di restoran, kita bisa meminta anak untuk mengambilkan menu dan memintanya membayarkan tagihan pada pelayan restoran. Tugas sederhana ini selain melatih keberanian, juga memberinya pengalaman berinteraksi dengan orang lain.
sumber : http://female.kompas.com