Welcome...Thanks for your visit....
Blog ini berisi informasi seputar Bayi, Balita, Batita, Kehamilan, Ibu Menyusui, Keluarga, Kesehatan, Kuliner, dll
--- Scroll ke bawah utk melihat Index atau Klik Tab2 dibawah ini ...

Friday, January 7, 2011

Kondisi Yang Tak Membolehkan Ibu Memberi ASI



P
 
emberian ASI pada bayi jelas sangat dianjurkan sebab ASI makanan terbaik bayi. Kecuali bila ibu mengalami sakit berat dan mengonsumsi obat-obatan yang dikhawatirkan "mencemari" ASI.

Seperti kita ketahui,ASI banyak memberi manfaat pada bayi. Selain untuk kecerdasan, di dalam ASI juga terkandung imunoglobulin atau antibodi yang dapat mencegah bayi terkena infeksi. "Itu sebab bayi-bayi yang mendapat ASI umumnya jarang sakit," terang dr. Suharyanti Kramadibrata, SpOG  dari RS Hermina, Jakarta.
Pada prinsipnya, lanjut Yanti, semua ibu boleh dan malah sangat dianjurkan menyusui bayinya. Namun ada beberapa faktor yang menyebabkan ibu tak bisa memberi ASI pada bayinya. Baik yang sifatnya sementara waktu kemudian bisa dilanjutkan kembali, maupun yang berlangsung selama masa menyusui. Lamanya penghentian ASI tergantung pada kondisi penyakit si ibu.
Sebetulnya, meski ibu menyusui dalam kondisi sakit, ASI tetap diproduksi. Yang jadi masalah, apakah dalam kondisi seperti itu ibu boleh memberi ASI atau tidak. Berikut penjelasan Yanti mengenai beberapa penyakit yang mesti dicermati ibu untuk memutuskan menghentikan atau meneruskan pemberian ASI.

Hepatitis B
Bila ibu terkena hepatitis selama hamil, biasanya kelak begitu bayi lahir akan ada pemeriksaan khusus yang ditangani dokter anak. Bayi akan diberi antibodi untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya agar tidak terkena penyakit yang sama.
Sedangkan untuk ibunya akan ada pemeriksaan laboratorium tertentu berdasar hasil konsultasi dokter penyakit dalam. Dari hasil pemeriksaan tersebut baru bisa ditentukan, boleh-tidaknya ibu memberi ASI. Bila hepatitisnya tergolong parah, umumnya tidak dibolehkan memberi ASI karena dikhawatirkan bisa menularkan pada si bayi.

AIDS
Ibu yang positif mengidap AIDS belum tentu bayinya juga positif AIDS. Itu sebabnya ibu yang mengidap AIDS, sama sekali tak boleh memberi ASI pada bayinya karena bisa menularkannya lewat ASI.

Flu, Batuk, atau Diare
Jika sekadar sakit batuk dan pilek, pemberian ASI tak jadi masalah. Lagipula jenis penyakit ini penularannya tidak lewat ASI, melainkan melalui udara atau anggota tubuh yang tak bersih. Jadi, pemberian ASI sebaiknya tak dihentikan, asal saat menyusui ibu menggunakan masker. Sebelum memegang bayi, amat disarankan untuk mencuci bersih tangan.
Tak perlu pula menghentikan pemberian ASI hanya karena alasan sedang minum obat-obat flu, batuk, atau diare ringan. Toh, hanya sebagian kecil saja dari obat-obatan itu yang ikut terbawa ke ASI dan ini pun jarang berakibat negatif pada bayi.

Diabetes
Sebaiknya pemberian ASI tidak dihentikan meski tetap perlu dimonitor kadar gula darahnya. Tentu saja konsultasikan pada dokter mengenai boleh-tidaknya pemberian ASI pada bayi dengan mempertimbangkan kondisi ibu serta jenis obat-obatan yang dikonsumsi.

Kanker
Kalau semasa menyusui ibu ternyata harus menjalani pengobatan kanker, disarankan menghentikan pemberian ASI. Menurut dr. Rudy Firmansjah B. Rifai, SpA  dari RSAB Harapan Kita Jakarta, obat-obatan antikanker yang dikonsumsi, bersifat sitostatik yang prinsipnya mematikan sel. Jika obat-obatan ini sampai terserap ASI lalu diminumkan ke bayi, dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan sel-sel bayi. Padahal, bayi tengah berada dalam masa pertumbuhan yang sangat cepat.

Tuberkulosis
Ibu pengidap tuberkulosis aktif tetap boleh menyusui karena kuman penyakit ini tak akan menular lewat ASI. Hanya saja, saran Rudy, agar tak menyebarkan kuman ke bayi selama menyusui, ibu harus menggunakan masker. Tentu saja ibu harus menjalani pengobatan secara tuntas.

Penyakit Jantung
Jika penyakit jantungnya tergolong berat, tak dianjurkan memberi ASI. Soalnya, jelas Rudy, mekanisme menyusui dapat merangsang kelenjar oksitosin yang bekerja pada otot polos. Sementara organ jantung bekerja di bawah pengaruh otot polos. Jadi, menyusui dapat memunculkan kontraksi karena kelenjar tersebut terpacu hingga kerja jantung jadi lebih keras. Akibatnya, bisa timbul gagal jantung.

Gangguan Hormon
Bila ibu menyusui mengalami gangguan hormon dan sedang menjalani pengobatan dengan mengonsumsi obat-obatan hormon, sebaiknya pemberian ASI dihentikan. Dikhawatirkan obat yang menekan kelenjar tiroid ini akan masuk ke ASI lalu membuat kelenjar tiroid bayi jadi terganggu.


sumber : Tabloid Nova